wargasipil.com – Habbatussauda (sering kali disebut sebagai jintan hitam ) merupakan tanaman yang berasal dari Afrika, Asia Barat Daya, dan beberapa tumbuh di tempat-tempat seperti Mediterania.
Tanaman dengan nama latin Nigella sativa ini menghasilkan biji-biji yang bisa diekstrak menjadi minyak untuk mengobati kondisi kesehatan tertentu.
Kendati demikian, Ketua Cleveland Clinic’s Wellness & Preventive Medicine, Dr Robert Saper, MD, MPH, mengatakan bahwa tidak semua studi ilmiah mendukung klaim kesehatannya dan orang-orang tertentu juga harus menghindari minyak habbatussauda .
Namun, kita tetap bisa mendapatkan manfaatnya bila minyak habbatussauda digunakan dengan tepat dan sesuai dengan kebutuhan.
Manfaat minyak habbatussauda
Minyak habbatussauda mengandung senyawa yang disebut thymoquinone.
Dalam sebuah penelitian pada hewan, thymoquinone terbukti memiliki sifat antioksidan, sementara penelitian pada manusia menunjukkan efek antiinflamasi.
Tetapi, tinjauan tahun 2014 dari penelitian yang ada mencatat bahwa diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengeksplorasi keefektifan thymoquinone sebagai perawatan medis.
Demikian pula, kita tidak dapat berasumsi bahwa minyak habbatussauda bisa menjadi obat untuk semua kondisi tertentu.
Banyak penelitian ilmiah menunjukkan bahwa minyak habbatussauda dapat membantu gejala diabetes dan yang lain menangani masalah terkait hati. Namun penelitian tersebut dilakukan terhadap hewan, bukan manusia.
Studi lain seperti uji klinis yang menunjukkan minyak habbatussauda memiliki dampak positif bagi orang yang hidup dengan rheumatoid arthritis dilakukan hanya melibatkan sekelompok kecil peserta.
“Tidak ada bukti kuat dan ketat yang mendukung penggunaan minyak habbatussauda untuk kondisi tertentu,” kata Saper.
“Namun, ada beberapa penelitian kecil yang meningkatkan kemungkinan minyak habbatussauda dapat membantu dalam sejumlah kondisi,” sambung dia.
Kondisi itu termasuk:
• Jerawat, jika kita mengoleskan minyak habbatussauda secara topikal (pada kulit).
• Alergi musiman.
Saper menekankan bahwa minyak habbatussauda tidak boleh digunakan sebagai pengganti obat konvensional untuk kondisi tertentu.
Tetapi, dia mencatat, ada beberapa penelitian yang menunjukkan minyak habbatussauda mungkin bisa efektif sebagai tambahan untuk terapi konvensional — sebagai pendamping obat lain — untuk kondisi seperti asma, penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), dan diabetes.
Sebagai contoh ada uji klinis yang menunjukkan bahwa minyak habbatussauda, ketika diminum selama rentang waktu empat minggu, adalah obat tambahan yang menjanjikan untuk asma.
Para peneliti juga menemukan bahwa orang-orang bisa menggunakan minyak habbatussauda sebagai obat pelengkap selama pengobatan kanker, meskipun penelitian yang lebih ilmiah juga diperlukan untuk menentukan dampaknya.
Efek samping minyak habbatussauda
Minyak habbatussauda dapat menimbulkan risiko bagi orang-orang tertentu.
Saper mengatakan kita tidak boleh menggunakan minyak jintan hitam apabila:
• Menggunakan pengencer darah jenis apa pun.
• Hamil.
• Mengalami pembedahan.
Studi yang mengeksplorasi dampak kesehatan dari minyak habbatussauda juga mengungkapkan beberapa hal yang harus diwaspadai.
“Ada laporan kasus ruam dan reaksi alergi setelah orang menelan minyak habbatussauda dan dioleskan secara topikal,” catat Saper.
“Ada juga laporan kasus gagal ginjal setelah seseorang yang hidup dengan diabetes mengambil minyak habbatussauda.”
“Dan beberapa uji coba melaporkan perdarahan haid yang tidak teratur, serta keluhan gastrointestinal nonspesifik seperti ketidaknyamanan dan mual,” jelas dia.
Cara menggunakan minyak habbatussauda
Jika kita menggunakan minyak habbatussauda sebagai penyedap makanan, umumnya ini dianggap aman.
Tetapi, jika kita menggunakan minyak habbatussauda sebagai suplemen, penting untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Sebab, efek samping dari suplemen ini tidak terdokumentasi dengan baik dan dapat terlihat berbeda untuk semua orang. Apalagi, obat-obatan herbal belum tentu aman untuk dikonsumsi.
“Obat-obatan herbal memiliki sifat farmakologis seperti obat-obatan pada umumnya,” terang Saper.
“Tetapi, obat-obatan herbal berbeda karena efek sampingnya terjadi karena berbagai alasan.”
“Ini termasuk komposisi farmakologis yang melekat, dosis yang diambil, kualitas sediaan dan sumber suplemen, serta potensi adanya kontaminan,” jelas dia.
Pada akhirnya, meskipun sudah ada beberapa studi tentang minyak habbatussauda, dibutuhkan lebih banyak studi berbasis manusia dan uji klinis yang ketat untuk menentukan kondisi yang aman untuk mengonsumsi atau menggunakan minyak ini.