Belum Ada Pemulihan Pemadaman Listrik dalam Jangka Pendek

Belum Ada Pemulihan Pemadaman Listrik dalam Jangka Pendek

Belum Ada Pemulihan Pemadaman Listrik dalam Jangka Pendek

Kuba, yang mengalami kekurangan uang, Senin malam lalu (18/7) menyampaikan kabar buruk pada warga masyarakat, bahwa pemadaman listrik yang mengganggu kehidupan dan ekonomi mereka belum akan berakhir.

Pemadaman listrik adalah penyebab utama meluasnya kerusuhan sosial tahun lalu, dan terus mengganggu dalam beberapa bulan terakhir ini, bahkan ketika aksi-aksi unjuk rasa mereda.

Menteri Urusan Energi dan Pertambangan Livan Arronte Cruz, dalam sebuah diskusi tentang jaringan listrik di stasiun televisi pemerintah Senin malam, mengatakan “cadangan operasi yang kami miliki dalam sistem kelistrikan tidak cukup untuk memenuhi permintaan sehingga menimbulkan dampak pada layanan.”

Ditambahkannya, kerusakan pada 20 pembangkit listrik Kuba yang sebagian besar memang telah usang karena penangguhan pemeliharaan akibat kekurangan dana, ditambah kebakaran dua generator tahun ini, telah semakin membuyarkan harapan untuk menyudahi pemadaman listrik selama bulan-bulan musim panas ini – dan bahkan hingga tahun depan.

Arronte Cruz mengatakan harga bahan bakar yang lebih tinggi juga menguras sumber daya, meskipun hanya menimbulkan sedikit dampak terhadap pemadaman listrik, terutama mengganggu generator cadangan.

Kuba mengimpor lebih dari 50% bahan bakarnya terutama dari Venezuela.

Pembangkit listriknya kebanyakan menggunakan minyak mentah lokal yang korosif. Hanya 5% listrik yang berasal dari sumber alternatif.

Sebagian besar ibu kota Havana tidak mengalami pemadaman listrik sebagaimana di kota-kota lain, yang biasanya berlangsung selama empat jam atau lebih, dan berulang dalam periode 24 jam.

Pemadaman listrik mencerminkan memburuknya krisis ekonomi, yang diawali dengan sanksi baru Amerika yang keras pada tahun 2019, dan terus memburuk akibat perebakan luas pandemi dan kini invasi Rusia ke Ukraina.

Sanksi dan kenaikan harga bahan makanan, bahan bakar dan pengiriman telah mengekspos ketergantungan dan kerentanan Kuba pada impor.

Ekonomi negara yang dikelola Partai Komunis itu juga turun 10,9% pada tahun 2020 lalu, dan hanya pulih 2% tahun 2021 lalu.

Selama lebih dari dua tahun warga Kuba telah bertahan menghadapi kekurangan makanan dan obat-obatan, yang membuat mereka harus antre panjang untuk membeli barang kebutuhan pokok dengan harga tinggi. Pemadaman listrik semakin menambah rasa frustrasi dan sakit, yang memicu eksodus lebih dari 150.000 orang sejak Oktober 2021 lalu, sebagian besar ke Amerika. [em/jm]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *