Permintaan Kendaraan Listrik Naik, Bahan Baterai Nikel Jadi Buruan

Permintaan Kendaraan Listrik Naik, Bahan Baterai Nikel Jadi Buruan

WargaSipil.com – Saat ini perkembangan kendaraan listrik di Tanah Air semakin merangkak naik. Masyarakat mulai mempunyai minat untuk meminng kendaraan listrik dalam menunjang aktivitas keseharian, apalagi saat ini haraga BBM alami kenaikan.

Namun disisi lain kendaraan listrik yang sudah mempunyai merek dibanderol cukup mahal, dibanding mereka yang belum mempunyai merek. Pastinya ada harga ada kualitas dan fitur yang diberikan kepada konsumen.

Makin tingginya permintaan mobil listrik sudah pasti semakin banyak permintaan baterai yang dibutuhkan. Berbicara baterai, komponen ini merupakan indikator vital yang dibutuhkan sebuah kendaraan listrik.

Tanpa baterai sebuah kendaraan listrik tak akan bisa melaju, dan sebuah baterai sangat berhubungan langsung dengan jarak tempuh yang bisa dicapai. Baterai kendaraan listrik berjenis lithium-ion mempunya banyak komponen katoda yang biasanya terbuat dari nikel dan kobalt.

Kedua material ini sebenarnya tidaklah terlalu ‘langka’ seperti halnya emas, namun tidak terlalu melimpah pula. Akan tetapi yang menjadi masalah nikel dan kobalt juga dibutuhkan oleh industri lain selain otomotif, bahkan sebelum kendaraan listrik tenar dan menjadi solusi dunia untuk mengurangi emisi.

Hal ini membuat permintaan nikel dan kobalt juga semakin besar. Sebagai informasi dalam sebuah baterai li-on juga dibutuhkan beberapa jenis logam lainnya diantaranya alumunium dan mangan yang ketersedian cukup banyak di pasar dunia.

Berbicara material utama baterai lithium-ion untuk kendaraan listrik adalah kobalt dan nikel. Saat ini kuantitas penggunaan kobalt pada mobil listrik bisa di katakan sangat rendah.

Akan tetapi secara umum kobalt hanya digunakan sebanyak 5% dari total berat sebuah baterai mobil listrik, dan bukan tidak mungkin kedepannya akan lebih berkurang lagi. Padahal beberapa tahun kebelakang sebuah mobil listrik bisa membutuhkan 33% kobalt untuk setiap baterainya.

Majunya teknologi, beberapa pabrikan mulai mengganti material kobalt dengan material lain atau bahkan tidak menggunakan lagi. Beberapa pabrikan baterai di Tiongkok mulai menggunakan teknologi baterai li-on berjenis LFP, LMP dan LMO yang mana baterai jenis tersebut sudah sama sekali tidak membutuhkan kobalt.

Sementara itu Tesla dan Panasonic saat ini juga menggunakan katoda yang terbaru yang dinamakan NCA, yang mana komponen ini memiliki kandungan kobalt yang jauh lebih sedikit.

Apabila unsur kobalt semakin sedikit digunakan pada baterai mobil listrik, maka sebaliknya nikel semakin dibutuhkan. Pasalnya sel baterai berjenis NMC 811, membutuhkan nikel sebanyak 88% dari total berat baterai tersebut.

Bandingkan dengan jenis sel baterai NMC 333 yang jamak digunakan pada beberapa tahun sebelumnya sebelum hanya membutuhkan nikel sebanyak 33% dari total material baterai.

Nikel memiliki karakter lebih tahan dan kuat dibandingkan besi, relatif masih banyak kuantitasnya didalam perut bumi. Beberapa negara penghasil nikel terbesar didunia diantaranya, Indonesia, Filipina, Kanada dan Kaledonia Baru. Negara-negara tersebut mendominasi setengah dari total produksi dunia.

Nah, berbicara cadangan nikel, saat ini diperkirakan ada 94 ton nikel diseluruh dunia, dan Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki cadangan paling banyak. Diperkirakan bumi tercinta kita Indonesia mempunyai cadangan nikel sebanyak 21 juta ton atau sekitar 22% dari total cadangan dunia.

Kemudian disusul Australia dengan total cadangan berkisar 20 juta ton, kemudian Brazil dengan 16 juta ton dan Rusia dengan total cadangan nikel sebanyak 6,9 juta ton.

Sebagai informasi di tahun 2019 total produksi nikel dunia mencapai angka 2,7 juta ton. Dengan cadangan yang ada diperkirakan kita masih bisa menambang nikel setidaknya selama 57 tahun kedepan. Lebih dari dua pertiga produksi nikel di dunia digunakan untuk pembuatan baja. Sisanya sebesar 13% digunakan untuk peralatan elektronik dan 5% (107 ton per tahun) digunakan untuk pembuatan baterai.

Pada periode 2007 hingga 2015 total produksi nikel dunia masih bisa menutupi kebutuhan dunia pada saat itu. Baru sejak 2016 permintaan nikel mulai bergerak naik yang diakibatkan pertumbuhan industri mobil listrik dan sedikit demi sedikit mengurangi cadangan nikel dunia.

Seperti komoditas penting lainnya, fluktuatifnya harga nikel dunia dipengaruhi beberapa faktor termasuk diantaranya geopolitik antara negara yang melakukan perdagangan seperti misalnya Tiongkok dan Amerika Serikat. Bahkan kebijakan harga komoditas juga bisa dipengaruhi oleh kebijakan suatu negara yang memang menguasai sumber daya komoditi tertentu.

Misalnya saja, sejak Presiden Joko Widodo memutuskan untuk membuat kebijakan larangan ekspor nikel mentah, akibatnya harga komoditas ini mengalami kenaikan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pada tahun 2015 misalnya, harga nikel dunia masih di angka dibawah 10 ribu dolar per ton, namun kini harganya menyentuh 16,180 $ per ton bahkan bisa lebih.

Kebijakan ini memang bertujuan untuk memberikan nilai tambah bagi Indonesia dan juga agar menarik minat investor untuk melakukan kerjasama didalam negeri. Indonesia kaya dengan cadangan nikel, maka Presiden Jokowi tidak ingin menyia-nyiakan dan ingin membangun industri mobil listrik termasuk industri pendukungnya, seperti baterai.

Strategi ini cukup berhasi, saat ini semua perusahaan top 3 baterai dunia sudah menandatangani kerjasama diberbagai sektor, mulai penambangan nikel hingga pembuatan baterai dan mobil listrik. Kecuali Uni Eropa yang keberatan dengan kebijakan Indonesia ini dan mengajukan gugatan ke organisasi perdagangan dunia.

Terkait hal ini PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) memperkirakan permintaan mobil dan motor listrik masing-masing bakal tembus di angka 400.000 unit dan 1,2 juta unit atau tumbuh sampai 4 kali lipat pada 2025 mendatang.

—————————————————-
”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website www.jawapos.com. Situs Wargasipil.com adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs Wargasipil.com tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”