Mantap! Perajin Gula Aren Lebak Merambah Pasar Digital

Mantap! Perajin Gula Aren Lebak Merambah Pasar Digital

Mantap! Perajin Gula Aren Lebak Merambah Pasar Digital

Pemerintah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten mendorong perluasan jejaring usaha para perajin gula aren di daerah itu. Foto: Antara

jpnn.com, JAKARTA – Pemerintah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten mendorong perluasan jejaring usaha para perajin gula aren di daerah itu.

Sekretaris Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Imam Suwangka mengatakan pemda telah mendukung perajin gula aren memasarkan produknya ke pasar online.

“Kami berharap para perajin gula aren dapat menggunakan teknologi digitalisasi sehingga pemasaran lebih luas,” kata Imam di Lebak, Sabtu (17/9).

Produksi gula aren di Provinsi Banten terbesar ada di Kabupaten Lebak. Selama ini wilayah itu menyumbangkan pendapatan asli daerah yang tinggi dari perdagangan gula aren.

“Sebagian besar perajin gula aren memasarkan produksinya secara tradisional dengan menjual ke penampung dan tengkulak,” kata Imam.

Oleh karena itu, pemerintah daerah meminta perajin gula aren dapat memanfaatkan pasar digital seperti di marketplace dan media sosial.

Pemanfaatan teknologi digital disebutnya akan lebih mampu memperluas sehingga meningkatkan omzet dan pendapatan.

“Kami siap memberikan bantuan pelatihan digital kepada perajin gula juga pelaku usaha lainnya,” katanya.

Adapun perajin gula aren di Kabupaten Lebak berkembang di Kecamatan Sobang, Cigemblong, Muncang, Cijaku, Malingping, Cihara, Cilograng, Cirinten, Banjarsari, Gunung Kencana, Bayah, dan Panggarangan.

Perajin memproduksi gula aren itu dari pohon nira yang dikembangkan petani setempat.

Perkebunan pohon aren di daerah itu tumbuh di lahan-lahan perbukitan dan pegunungan dengan ketinggian di atas 500 meter di atas permukaan laut.

Petani mengembangkan perkebunan aren hingga menghasilkan cairan nira sebagai bahan baku gula. Umumnya mereka memproduksi gula aren dalam bentuk cetak dan bentuk bubuk yang disebut gula semut.

“Kami terus meningkatkan mutu dan kualitas gula aren agar bisa menembus pasar domestik hingga mancanegara,” katanya.

Samudi (55) seorang perajin gula aren warga Sobang Kabupaten Lebak mengatakan dirinya hingga kini memasarkan produknya belum secara online, karena ketidakmampuan penggunaan teknologi digital.

Menurutnya, hingga kini memasarkan produknya ditampung tengkulak secara turun-temurun.

Gula aren menjadi pendapatan ekonomi bulanan hingga mencapai Rp 2, 5 juta.

“Kami di sini memasarkan produk gula aren ke tengkulak yang siap menampungnya dengan harga Rp 5.000 per keping,” kata Samudi. (antara/jpnn)

Pemerintah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten mendorong perluasan jejaring usaha para perajin gula aren di daerah itu.


Artikel ini bersumber dari www.jpnn.com.