Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia saat ini menjadi negara untuk pasar buah dan sayur terbesar kelima di dunia dengan minat pada buah stroberi impor yang sangat tinggi.
Indonesia menjadi negara negara pengimpor stroberi Korea terbesar ke-7 di dunia. Selain diimpor, buah stroberi juga dihasilkan di Indonesia.
Sepanjang tahun 2021 stroberi menjadi buah yang paling sedikit diproduksi di Indonesia hanya sebanyak 9.860 ton dengan 6.458 ton diantaranya dihasilkan dari kebun di Jawa Barat.
James Rayawan, CEO dan Co Founder Hyoshii Farm mengatakan, jika ditangani dengan tepat, stroberi yang tahun lalu hanya diproduksi 9.000 ton bisa menjadi salah satu potensi ekspor nasional.
Untuk memproduksi strobrei Hyoshii Farm bekerja sama dengan petani lokal.
“Hatsu Hana, hasil panen satu tanaman satu stroberi yang unik dan perdana dari Hyoshii Farm sukses dilelang di Rp 10.000.000 untuk satu kotak berisi sembilan,” kata James dalam keterangannya, Jumat (16/9/2022).
Dalam 12 bulan ke depan, James menargetkan Hyoshii Farm untuk meningkatkan produksi sebanyak 5-10 kali lipat dan melanjutkan ekspansi kebun di Lembang sembari memastikan para pelanggan bisa mendapatkan buah beri Hyoshii kapanpun mereka mau.
Baca juga: Keluhan Petani Stroberi di Ciwidey, Pendapatannya Drop di Masa Pandemi
“Kami juga akan menambah jaringan di 20-30 toko dan supermarket di Jakarta, Bandung, dan Surabaya, serta melakukan pendekatan kolaboratif dengan restoran dan toko roti premium agar menggunakan stroberi lokal-premium miliknya,” katanya.
Hyoshii Farm juga mengembangkan pasar D2C (direct to consumer), mulai dari membuat armada transportasi cold chain secara mandiri, hingga merekrut mitra online commerce dan mitra logistik pihak ketiga agar bisa melayani pelanggan lebih cepat lagi.
Baca juga: Coba Serunya Berwisata Sambil Petik Buah di Lumbung Stroberi, Kota Batu saat Libur Akhir Pekan
Saat ini perusahaan bekerja sama dengan petani lokal di Lembang, Jawa Barat, dan sudah memperkenalkan benih serta teknologi eksklusif perusahaan untuk meningkatkan hasil panen serta harga jual.
“Kolaborasi ini bertujuan untuk menyempurnakan rasa dan tampilan buah lokal agar bersaing dengan buah impor, jadi orang Indonesia tidak harus dipaksa membayar mahal untuk belanja buah impor yang tidak selalu premium,” katanya.
Dia mengatakan, ada persepsi buah lokal itu berkualitas rendah dan ini karena adanya berbagai tantangan kurangnya kualitas benih/ batang bawah, wawasan teknik berkebun yang tepat, teknologi pascapanen, dan branding yang kurang maksimal.
Karenanya, perlu penggunaan teknologi pengembangan batang bawah, serta teknologi perkebunan dan pascapanen eksklusif, Hyoshii Farm membantu petani meningkatkan nilai jual dan mengurangi kerugian panen.
“Saat ini rata-rata 20-30 persen panen buah dibuang karena membusuk. Pengurangan jumlah buah busuk adalah salah satu fokus utama dari yang kami tawarkan,” kata dia.
Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.