Hubungan Taiwan-China Memanas, Mentan Waspada Krisis Pangan

Merdeka.com – Ketegangan antara Taiwan dan China menjadi perhatian Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo. Ketegangan kedua negara tersebut bisa memperparah krisis pangan dunia.

Syahrul mengatakan saat ini seluruh dunia terancam krisis pangan dan energi karena perang antara Rusia dan Ukraina. Jika kondisi Taiwan dan China terus memanas, hal tersebut akan memperparah krisis dunia.

“Seluruh dunia terancam dengan krisis pangan dan energi. Bagi Indonesia ini harus disikapi dengan lebih waspada,” ujarnya usai memberi kuliah umum di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar, Sabtu (20/8).

Syahrul mengaku meski IMF dan World Bank mengakui Indonesia memiliki ketahanan pangan, tetapi hal tersebut jangan sampai membuat over percaya diri. Pasalnya, IMF dan World Bank melihat tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Indonesia termasuk inflasi terendah dari beberapa negara yang ada pertumbuhan ekonomi masih di atas 5,4 persen. Lihatlah amerika dan lain-lain, oleh karena itu kita harus percaya diri, walaupun tidak harus over pede,” tutur mantan Gubernur Sulsel dua periode ini.

Sebelumnya diberitakan, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan akan ada dampak dari ketegangan kedua negara tersebut yang lebih buruk dibandingkan perang Ukraina dan Rusia.

“Bisa berdampak lebih buruk dibandingkan perang Ukraina-Rusia,” ujar Bhima kepada Merdeka.com, Minggu (7/8).

Bhima menerangkan, dampak pertama adalah Taiwan sebagai proxy war antara kepentingan yang lebih luas antara AS dan China, sementara dua negara raksasa memiliki kaitan terhadap tujuan ekspor tradisional Indonesia masing-masing 21 persen dan 11 persen dari total ekspor.

“Artinya, 32 persen atau sepertiga ekspor Indonesia terancam, dan menurunkan surplus neraca dagang,” terang Bhima.

Kedua, secara geografis, posisi Taiwan ada di Asia yang berarti statusnya lebih berpengaruh dibanding Ukraina-Rusia. “Persepsi investasi di kawasan Asia akan dipengaruhi kelanjutan konflik di Taiwan,” jelasnya.

Kemudian ketiga, langkah China memberi sanksi ke Taiwan menambah panjang deretan negara yang melakukan proteksi ekspor pangan setelah sebelumnya ada 30 negara yang lakukan hal serupa dengan berbagai alasan.

Meskipun demikian, ini bisa memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk penetrasi ekspor makanan jadi, buah-buahan hingga sayuran ke Taiwan, karena hingga saat ini Taiwan melakukan ekspor sayuran di Indonesia cukup besar.

“Indonesia juga memiliki keunggulan kompetitif dalam bahan baku makanan minuman dan makanan jadi,” tuturnya.

[bal]


Artikel ini bersumber dari www.merdeka.com.