Sedikitnya delapan orang tewas akibat banjir di Seoul, Korea Selatan pada Senin (8/8) malam, kata pihak berwenang pada Selasa (9/8). Hujan yang turun dengan intensitas tinggi menyebabkan aliran listrik padam, tanah longsor dan membuat jalan raya dan kereta bawah tanah terendam.
Hujan dengan intensitas 100 mm per jam mengguyur wilayah selatan Seoul pada Senin (8/8) malam, sementara hujan dengan intensitas yang jauh lebih lebat, yaitu 141,5mm menerjang beberapa wilayah lainnya dari kota tersebut. Badan Administrasi Meteorologi Korea (KMA) mencatat curah tersebut sebagai curah hujan terburuk dalam beberapa dekade.
Akumulasi curah hujan di Seoul sejak Senin (8/8) tengah malam mencapai 451 mm pada pukul 12.00 waktu setempat. Hujan diperkirakan akan kembali turun pada Selasa (9/8).
Di Distrik Gangnam yang mewah dan padat, beberapa bangunan dan toko terendam banjir dan listrik padam, sementara mobil, bus, dan stasiun kereta bawah tanah terendam, membuat orang-orang terdampar.
Lim Na-kyung, seorang pekerja kantoran berusia 31 tahun, menceritakan ketakutannya pada Senin (8/8) malam. Ia mengatakan situasi tersebut mengingatkannya pada sebuah adegan film “Titanic” pada 1997.
Sedikitnya lima orang tewas di Seoul dan tiga lainnya di Provinsi tetangga Gyeonggi pada Selasa (9/8) pagi, kata Markas Besar Penanggulangan Bencana dan Keselamatan Pusat. Empat orang tewas setelah tenggelam di gedung-gedung yang terendam banjir, satu diyakini tersengat listrik, satu orang lagi ditemukan di bawah reruntuhan halte bus, dan dua lainnya tewas akibat tanah longsor, katanya.
Sedikitnya sembilan orang terluka, sementara tujuh lainnya hilang.
Data menunjukkan sedikitnya 765 fasilitas rusak, sementara sekitar 52 jalan raya dan bagian jalan lainnya terblokir. Terdapat sekitar 391 korban di seluruh wilayah Seoul, yang sebagian besar harus tinggal di sekolah dan pusat kebugaran setempat, sementara 399 warga lainnya dievakuasi ke pusat komunitas dan sekolah.
KMA mengeluarkan peringatan hujan lebat di seluruh ibu kota dan wilayah metropolitan berpenduduk 26 juta serta sebagian Provinsi Gangwon dan Chungcheong.
Presiden Yoon Suk-yeol memimpin pertemuan tanggap darurat, memerintahkan pihak berwenang untuk fokus pada pencegahan korban dan dengan cepat mengendalikan dan memulihkan daerah banjir, kata markas besar bencana.
KMA memperkirakan hujan lebat di bagian tengah negara itu akan berlanjut setidaknya hingga Rabu.
Sementara Korea Selatan sering mengalami hujan lebat di musim panas, “peningkatan curah hujan yang tajam dan seringnya hujan deras tidak dapat dijelaskan tanpa tren besar perubahan iklim,” seorang pejabat KMA, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan kepada Reuters. “Fenomena ini terlihat lebih sering terjadi karena perubahan iklim yang mengakibatkan musim panas berkepanjangan.” [ah/rs]